Elang Hitam Drone: Teknologi UAV MALE RI

Elang Hitam adalah unmanned aerial vehicle (UAV) atau drone MALE (Medium-Altitude Long-Endurance) yang dikembangkan oleh Indonesian Aerospace (IAe/PT DI) bersama konsorsium lembaga. Proyek ini melibatkan BPPT (sekarang bagian dari BRIN), LAPAN, Kementerian Pertahanan, TNI AU, ITB, dan PT LEN Industri. Pengembangan drone ini telah dimulai sejak sekitar tahun 2015–2016 dan menempuh beberapa fase desain, pengujian terowongan angin, dan pembangunan prototipe

Baca Juga : 7 Kemampuan yang Paling Menguntungkan Bagi Hacker Profesional

Setelah beberapa penundaan akibat pandemi dan kendala teknis, Elang Hitam berhasil melakukan penerbangan perdana pada tanggal 28 Juli 2025 di Bandara Kertajati, Jawa Barat, menandai tonggak penting teknologi pertahanan dan kemandirian industri dirgantara nasional

Siapa dalam Konsorsium?

Keterlibatan banyak instansi menjadikan proyek ini representasi sinergi antarlembaga riset dan industri dalam negeri. Konsorsium mencakup:

  • BPPT (sekarang BRIN)

  • LAPAN

  • Kemenhan

  • TNI Angkatan Udara

  • Institut Teknologi Bandung (ITB)

  • Indonesian Aerospace (PT DI)

  • PT LEN Industri

Keseluruhan menjadikan Elang Hitam sebagai hasil kolaborasi nasional untuk memenuhi kebutuhan sistem drone berkinerja tinggi.

Spesifikasi & Kapabilitas

Menurut perencanaan, Elang Hitam dirancang untuk dapat terbang hingga 30 jam tanpa henti, dengan ketinggian jelajah mencapai sekitar 23.000 kaki, sebanding dengan drone CH-4 Rainbow buatan Tiongkok. Setelah beberapa kali percobaan, kini prototipe Generasi MALE ini siap memasuki fase pengembangan lanjutan dan potensi produksi massal

Signifikansi dalam Konteks Nasional

Elang Hitam merupakan simbol penting kemandirian teknologi pertahanan RI. Kesuksesan penerbangan perdana mencerminkan kemajuan dalam riset dan inovasi UAV di dalam negeri. Selain itu, teknologi ini diharapkan memperkuat pengawasan udara dan pertahanan nasional tanpa tergantung impor.

Teknologi Lain yang Telah Muncul Secara Signifikan

Kereta Cepat Whoosh (Jakarta–Bandung)

Ini adalah kereta cepat pertama di Asia Tenggara dan belahan selatan bumi, dengan nama Whoosh—singkatan dari “Waktu Hemat, Operasi Optimal, Sistem Hebat”. Beroperasi sejak Oktober 2023, kereta ini mencapai kecepatan layanan hingga 350 km/jam dan melayani ribuan penumpang per hari.

Sahabat-AI: Model Bahasa Lokal

Kolaborasi antara Indosat Ooredoo Hutchison dan GoTo menghasilkan model bahasa besar (LLM) lokal bernama Sahabat-AI, khusus untuk Bahasa Indonesia dan ragam dialek lokal. Inisiatif ini memperkuat ekosistem AI inklusif yang relevan secara kontekstual.

EDGNEX AI-Focused Data Center

Sedang dibangun pusat data kelas AI di Jakarta senilai US$2,3 miliar, dengan kapasitas hingga 144 MW dan efisiensi tinggi. Ini merupakan infrastruktur digital terbesar di Asia Tenggara untuk keperluan pemrosesan AI skala besar.

Baca Juga : Teknologi Baru 2025: Proyek dan Penemuan yang Menjanjikan

Dari semua inovasi yang muncul, Elang Hitam paling menonjol sebagai teknologi pertahanan canggih buatan dalam negeri. Keberhasilannya menjadi simbol kedaulatan dan kemajuan teknologi nasional.